Empat Nilai Dasar Beragama (Khutbah Jumat)
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ
بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد
وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ
أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ
فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Segala
puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Kita sebagai hamba Allah harus
senantiasa meningkatkan keimanan dan berharap ampunan dari Allah. Semoga segala
amal ibadah yang kita perbuat dapat diterima Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, teladan
umat Islam yang senantiasa menjunjung kemanusiaan, yang perangai-perangainya
dapat dijadikan kompas moral kehidupan, sikapnya yang sidik, amanah, tabligh,
dan fathanah dapat menjadi mata air keteladanan yang mencerahkan semesta.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Hari-hari
ini kehidupan beragama hadir tanpa spiritualitas. Karena kehidupan beragama
kita hanya berisi pengulangan tanpa penghayatan mendalam atas ajaran-ajaran
Islam sehingga tidak menyentuh kedalaman kalbu manusia. Terkadang salat yang
kita kerjakan seperti hanya sebatas yang bersangkut paut dengan hukum-hukum
tentang syaratnya, rukunnya, sah dan batalnya saja. Kita tidak lebih laiknya
mesin yang diprogram untuk menegakan salat tanpa merasakan kesan setelahnya.
Karenanya,
dalam menjalankan agama, jangan sampai didasarkan atas suatu konstruksi
pemikiran yang sempit dan koridor-koridor normatif yang serba membatasi.
Melainkan harus diisi dengan nilai-nilai agama yang universal dan merespon
tantangan terkini. Terdapat empat nilai yang paling esensial dalam beragama.
Pertama, al-Tawhid (tauhid). Nilai dasar tauhid mengajarkan
kepada kita bahwa satu-satunya Wujud Mutlak adalah Allah, Dia-lah satu-satunya
entitas yang tidak bermula dan tidak berakhir (qadim dan baqa). Sedangkan
manusia dan segala makhluk-Nya adalah kenyataan yang masa kehidupannya tak
lebih dari dua atom perjalanan waktu karena keberadaan mereka yang senantiasa
hancur (fana). Yang fana adalah semesta, Allah Swt abadi.
Nilai
tauhid pula menjadi dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik
ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Hakikat tauhid adalah penyerahan
diri yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah,
dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai kehendak Allah. Jadi salat,
hidup, mati, itu semuanya kita orientasikan hanya kepada Allah dan karena
Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam (QS. Al-An’am: 162)
Tauhid
tidaklah dimaksudkan sebagai doktrin keagamaan dalam pengertian kepercayaan (belief), kewajiban (obligation), atau
larangan (prohibition). Tapi pembentuk prisma pandangan hidup
yang menurunkan gagasan-gagasan mulai dari etika, moral, pendidikan, maupun
politik.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Yang
Kedua, al-Ittiba’ (mengikuti). Nilai dasar beragama ini
mengemukakan tentang pentingnya setiap Muslim selalu menaati seluruh larangan
dan perintah Allah Swt sekaligus meneladani dan mengikuti Rasulullah Saw. Di
dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan kaum Muslim untuk ittiba
Nabi Saw agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا
اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ
تَأْوِيْلًا
Wahai
orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(An-Nisa’ Ayat 59).
Yang
ketiga, al-Taysir (kemudahan). Nilai dasar yang ketiga ini
merupakan salah satu prinsip penting dalam Islam yang diberikan Allah agar
manusia tetap bersemangat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama, terutama
dalam situasi sulit. Dalam kaidah usul fikih dinyatakan setiap kesulitan, pada
dasarnya, menuntut kemudahan (al-masyaqqah tajlib al-taysir).
Salah satu contoh kemudahan dalam beragama disebut dalam QS. Al-Baqarah: 185,
yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ
الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا
اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Bulan
Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada
di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
agar kamu bersyukur (QS. Al-Baqarah: 185).
Dengan
prinsip kemudahan ini pula, tidak semua orang diwajibkan berpuasa. Namun secara
umum terdapat dua cara menebus utang puasa, yaitu: qadla dan fidyah (QS. Al
Baqarah: 184). Adanya berbagai kemudahan dalam ajaran Islam ini agar memastikan
umat Islam dapat menjalankan agama tanpa susah payah dalam dimensi ruang dan
waktu, dan mendorong agar rajin menjalankan agama, lantaran bisa dilakukan
dengan mudah dan tanpa kesulitan. Tidak heran pula bila sekelas ulama besar
kontemporer Yusuf Qaradlawi dalam kitab Al-Ijtihad fi al-Syariati
al-Islamiyyah menegaskan bahwa prinsip yang melandasi hukum
Islam adalah taysir atau kemudahan.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Keempat,
nilai mashlahat. Selain taysir, prinsip utama lainnya dalam
Islam adalah maslahat. Lawan sepadan dari masalahat adalah mudlarat. Hal
tersebut berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan Ahmad menyebut bahwa laa dlirara wa laa dlirara¸ tidak mudlarat dan
memudaratkan. Al-Ghazali dalam kitab Mushtasfa min Ilm al-Usul berpendapat
bahwa relasi yang terbangun antara syariat dengan istislah (kemaslahatan)
sangat erat sekali. Maslahat menurut al-Ghazali adalah memelihara agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta.
Adanya
kemasalahatan dalam prinsip ajaran Islam menandakan bahwa penderitaan merupakan
sesuatu yang harus ditinggalkan. Sebab Islam tidak mengajarkan pencapaian
prestasi spiritual melalui penderitaan. Allah memang memberikan penderitaan
berupa sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta, akan tetapi hal itu
untuk mengangkat derajat manusia, sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 155
yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْنَ
Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS.
Al Baqarah: 155).
Demikianlah, khutbah
singkat pada siang hari ini, marilah kita menyelami relung nilai-nilai beragama
ini agar senantiasa hidup bahagia di dunia dan akhirat. Semoga dalam menjalani
kehidupan sehari-hari kita senantiasa dalam kasih sayang Allah swt. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا
اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ،
Semoga kita semua mampu
menjadikan diri kita sebagai hamba yang bertakwa, mengamalkan prilaku
orang-orang yang bertakwa dan kelak dipanggil menghadap kepada Allah dengan
ketakwaan yang melekat di hati kita masing-masing. Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Editor: Fauzan AS
Penulis: Ilham Ibrahim
Sumber:
https://muhammadiyah.or.id/empat-nilai-dasar-beragama-khutbah-jumat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar