Tak ada Pray for Aidh Al-Qarni ketika ia ditembak di Philipina. Padahal cara negaranya menjemput pulang ke Saudi menunjukkan bahwa ia bukan orang sembarangan. Tetapi Syaikh Aidh Al-Qarni memang tak perlu do’a dari mereka yang tidak jelas agamanya. Hanya do'a orang beriman yang bermanfaat.
Betapa pun demikian, amat terasa betapa berbeda media massa bersikap. Tak ada Pray for Aidh Al-Qarni didengung-dengungkan karena Al-Qarni adalah ulama. Muslim.
Tak ada Pray for Turkey saat bom meledak di sana. Dan Turki tak memerlukan. Turki hanya perlu do'a orang-orang beriman. Sangat berbeda ketika peristiwa serupa terjadi di Belgia. Tetapi mengapa tak ada Pray for Turkey? Karena Turki hari ini tak lagi sekuler. Turki sangat memihak Islam.
Maka, masihkah kita mengekor kepada mereka? Masihkah sekolah-sekolah kita membebek kepada mereka? Mereka bicara Green Living, kita membeo dengan Green Living Islami. Mereka teriak pendidikan yang memanusiakan, kita membebek bicara hal yang sama. Mereka menyuarakan pendidikan seks, kita ikut-ikutan melakukan hal yang sama pula. Meskipun dikemas dengan istilah Islami, tetapi alangkah banyak yang paradigmanya tetap paradigma mereka. Bukan paradigma kita. Hanya saja ada istilah-istilah Arab sedikit sehingga terasa Islami.
Pertanyaannya, tak adakah dari agama ini yang patut kita tawarkan kepada dunia? Agama kita Islam. Dan kita yakin kesempurnaan tuntunannya.
Membentuk generasi Islam yang bertaqwa, berwawasan berakhlak mulia dan berempati.
Kamis, 24 Maret 2016
Pendidikan Islam dan Budaya Membebek Budaya Barat
Langganan:
Postingan (Atom)