Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Temanggung mengusulkan pemerintah daerah setempat menggunakan dana tanggap darurat bencana alam untuk perbaikan talud yang longsor didekat jembatan Jengkiling di Desa Wadas Kecamatan Kandangan. Namun untuk perbaikan kerusakkan secara keseluruhan harus menggunakan APBD, baik melalui penganggaran mendahului anggaran perubahan atau dalam mekanisme anggaran perubahan.
Demikian disampaikan Ketua Komisi B DPRD Temanggung, Slamet Eko Wantoro saat menengok lokasi longsor, bersama segenap anggota komisi tersebut Rabu (04/02/2015). Dia menegaskan hal terpenting yang ditangani saat ini adalah penanganan dilokasi yang benar-benar mengganggu saja. Jika memang yang ambrol 40 meter maka yang ditanganinya 40 meter saja, selebihnya nanti melalui mekanisme perencanaan anggaran.
"Perbaikan talud harus secepatnya, jika bisa bulan Februari ini sudah selesai. Sesuai peraturan yang berlaku, untuk penanganan darurat bencana alam mekanisme pelelangannya bisa dengan penunjukan langsung," katanya.
Slamet menambahkan, kerusakan pada jalur utama Temanggung-Kandangan jika tidak segera ditangani akan berdampak pada kerusakan jalan lainnya akibat dialihkannya jalur untuk kendaraan berat. "Kendaraan berat sekarang melingkar melalui jalur Temanggung-Kaloran-Kandangan. Masalahnya, apakah jalur Kaloran sampai Kandangan konstruksinya layak dilalui kendaraan berat. Kalau tidak kuat ini kan akan menimbulkan masalah baru," terangnya.
Seperti diberitakan, sebuah talud didekat jembatan Jengkiling yang menghubungkan Kandangan-Temanggung longsor Sabtu (31/01/2015). Bencana ini mengancam robohnya jembatan Jengkiling di atas Sungai Progo, sebab berdasar pemeriksaan ada rekahan hingga ke ujung hembatan, sementara jembatan dilalui kendaraan dengan tonase berat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, Agus Widodo mengatakan bahwa pihaknya telah mengecek langsung lokasi ambrolnya talud dan segera menempuh langkah lanjutan. Dari hasil analisa penyebab ambrolnya talud adalah tidak adanya selokan yang mampu menampung derasnya air sehingga sandaran terus mengalami rekahan. "Kerugian bencana itu berkisar Rp 550 juta," katanya. (Osy)
Sumber: www.krjogja.com
Posted via Blogaway