Minggu, 28 Desember 2014

Terlalu Banyak TV Sebabkan Gangguan Dislogia di Anak

Dalam sehari, seberapa sering anak Anda menonton TV? Sebelum dampak negatifnya melanda si kecil, sebaiknya ikuti rekomendasi dari American Academy of Pediatrics terkait penggunaan media pada anak.

Sejak 1999, American Academy of Pediatrics telah mengeluarkan pernyataan kebijakan tentang penggunaan media bagi anak. Lembaga tersebut mengingatkan orang tua untuk menghindarkan buah hatinya yang berusia kurang dari dua tahun dari menonton TV dan aktivitas sejenis. Anjuran itu tidak berarti kelompok usia tersebut tak boleh menonton sama sekali, tapi menonton TV sangat tidak disarankan.

Mengapa begitu? American Academy of Pediatrics yakin dampak negatif menonton TV -baik jumlah waktu menonton maupun kontennya- lebih besar ketimbang manfaatnya untuk anak yang berusia kurang dari dua tahun. Sampai sekarang, masih minim bukti yang menunjang manfaat aktivitas tersebut bagi edukasi maupun perkembangan anak.

Di samping itu, ada potensi dampak negatifnya terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Lantas, ada pula efeknya terhadap pengasuhan?

Di Indonesia, dampak tersebut nyata terlihat, salah satunya di Rehablitasi Medik RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Dari seluruh kasus gangguan wicara, sekitar 70 persen di antaranya merupakan dislogia. Selebihnya terkait kasus tunarungu. Semakin banyaknya anak Indonesia yang mengalami gangguan dislogia terjadi karena hampir setiap rumah memiliki TV dan diletakkan di ruang tamu dan bahkan di kamar.

“Alhasil, anak selama 24 jam ditemani televisi, termasuk ketika terlelap,” kata Koordinator Terapi Wicara RSUP Dr Sardjito Euis Helmi Helmia Rosa kepada Republika, di RSUP Dr Sardjito.

Di samping itu, banyak orang tua yang bekerja sehingga anak dititipkan kepada pembantu rumah tangga. Anak lebih sering dikurung di rumah dan ditemani dengan televisi dan gadget. Adanya televisi dan gadget ini sangat memengaruhi gangguan bahasa wicara.

Seperti apa bentuk gangguannya? Dislogia merupakan gangguan pemahaman bahasa, ekspresi bahasa, dan pemusatan perhatian. Contohnya, ada anak yang baru berusia satu tahun sudah bisa menirukan iklan maupun lagu-lagu di televisi. Kemampuan itu didapat karena sejak usia dua minggu ia sudah menonton televisi.

Persoalan baru terlihat ketika anak diajak bicara. Ketika ditanya, ia tidak bisa menjawab. “Ini merupakan salah satu dari gangguan dislogia,’’ ujar Helmi menjelaskan.

Sumber:http://m.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/14/12/28/nh8scj-terlalu-banyak-tv-sebabkan-gangguan-dislogia-di-anak#


Posted via Blogaway

Rabu, 10 Desember 2014

Dasyatnya Doa Bagi Penghafal

Dari group sebelah : Dari: FB Afwan Riyadi Widiyanto (Munsyid Izzatul Islam)

Malam ini, kawan ane berkisah suatu kejadian yang semoga menjadi inspirasi kita ..Dia memiliki kelompok binaan, walaupun anggotanya sedikit, namun cukup rajin rutin kehadirannya.

Salah satu diantara binaan tersebut, masih sangat sulit membaca Al Quran. Setiap giliran tilawah, selalu menghabiskan waktu lama karena orang tersebut (sebut saja si A) terbata - bata mengeja Al Quran kata demi kata, bahkan kadang huruf demi huruf. Kawan ana, sang Murabbi, tetap keukeuh, pokoknya yang lain kudu sabar; semua punya jatah tilawah yang sama : 1 halaman. Walaupun salah satu diantara mereka harus memakan waktu lebih lama.

Suatu hari, untuk menyemangati si A tadi, kawan ana bilang "Ane doakan antum akh, semoga segera naik haji atau umrah ke Baitullah. Disana, antum berdoa di multazam agar menjadi guru tahfidz Al Quran!!" ..

Semua yang mendengar tersenyum, termasuk si A. Karena boro-boro jadi guru tahfidz, membaca Al Quran saja sangat sulit.

Namun ternyata kawan ana tadi tidak bercanda. Betul-betul di doakan mad'unya tadi untuk dapat berkunjung ke Baitullah. Dan benar, ternyatabeberapa bulan kemudian, si A berangkat umrah bersama keluarga besarnya; dibayari salah seorang kerabat karena ada 1 orang berhalangan ikut..

Subhanallah ..Lalu benar, si A berdoa di Baitullah agar menjadi guru tahfidz Al Quran.. Dan Maha Kuasa Allah, lebih setahun dari doa kawan ana tadi, si A kini benar-benar menjadi guru tahfidz Al Quran. Suaranya indah mirip Imam As-Sudais.

Dan kini setiap halaqah, gantian kawan ana, murabbi-nya sendiri, yang dia koreksi bacaan Al Quran-nya.

Ini kisah nyata. Kisah tentang kekuatan doa & ukhuwwah dalam halaqah tarbawiyah. Ingatlah dengan hadits Rasulullah akan hadirnya para malaikat-malaikat yang duduk bersama di dalam majelis dzikir. Mereka turut mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan disana.

Sumber: Group WA


Posted via Blogaway

Selasa, 09 Desember 2014

MEWASPADAI STRATEGI PELEMAHAN UMAT

Strategi penghancuran Islam di Indonesia:
1. Pencitraan Islam sebagai ajaran terorisme dan jauh dari sifat Rahmatal lil alamin. Pencitraan dg menggunakan media massa maupun media sosial.
2. Membenturkan antar kelompok Islam, dengan isu islam nasional dan Islam transnasional, aswaja dan wahabi, HTI, salafi IM dan lain lain. Isu Islam politik dan haram demokrasi jg cukup efektif melemahkan kedua pihak. Saat ini sedang beroperasi pembenturan kelompok tradisional dg harokah2. Targetnya adalah memisahkan aktifis dari masyarakat dan lingkungannya.
3. Pendangkalan akidah dan pemahaman umat terhadap Islam.  Sekulerisme disatu sisi dan pemahamaan bahwa menegakkan Islam hanya bertujuan menegakkan hukuman potong tangan dan qisas saja. Padahal Islam luas, seluas sisi kehidupan kita.
4. Meminggirkan umat Islam dan pengaruhnya dari pemerintahan RI. Isu yang kuat adalah isu sekulerisme dan isu haram masuk pemerintahan untuk akrifis dakwah. Isu sekulerisme untuk masyarakat awam, sdg isu kedua senjata untuk melemahkan aktifis Islam.
5. Pelemahan terhadap organisasi Islam maupun tokoh Islam dengan berbagai isu. Tujuannya adalah agar masyarakat kehilangan panutan dan arah tujuan dakwah Islam.
6. Tumbuh suburnya berbagai aliran kepercayaan dan ideologi yang bertentangan dengan Islam dengan dalih kebebasan.
7. Penjajahan ekonomi menjadi model penjajahan gaya baru yang menjajah negeri ini yang mayoritas muslim. Aset aset vital dan kekayaan negeri dikeruk dan dikuasai asing.


Posted via Blogaway